Resource

Headlines News :
Home » » Kisah Usman Kiram Malinpono”menanankan dasar agama kepada generasi penerus bangsa”

Kisah Usman Kiram Malinpono”menanankan dasar agama kepada generasi penerus bangsa”

Written By Unknown on Sabtu, 15 September 2012 | 20.00



Keikhlasan serta semangat yang tinggi, membuat usman kiram malinpono, terus bertahan menjadi seorang guru demi menanamkan dasar agama kepada generesi penerus bangsa.

Kepiawaiannya dalam mendidik serta memimpin suatu sekolah tidak di ragukan lagi, hampir seluruh sekolah di Kota Sawahlunto ini, dijajakinya. Mengabdi demi mencerdaskan anak bangsa, telah ia lakoni lebih kurang 40 tahun, sampai sekarang semanggat itu belumlah pudar dalam sanubarinya.

Dengan mengayuh sepeda ontel, pria yang sering di sapa ayah  itu, mengawali karirnya pada tahun 1974, pada sekolah dasar ( SD ) 07 di sawahlunto, sebagai guru agama islam.

Tidak lama berselang, ia juga di tawari untuk mengajar pada sekolah Pendidikan Guru Agama ( PGA ) yang berada di Kenagarian Kolok, Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto, meskipun Usman Kiram yang sering disapa dengan panggilan ayah UK, hanya tamatan Sekolah Guru Agama, namun berkat keyakinannya serta motifasi dari pimpinan sekolah akhirnya ia menerima tawaran tersebut.

Menurut UK, untuk proses belajar mengajar pada sekolah PGA tersebut dilakukan pada sore hari, dengan arti kata, waktu subuh ia memacu sepeda untuk melaksanakan tugas Negara, dan sorenya ia juga mengabdi untuk kampong halamannya itu, hal ini berlangsung sampai tahun 2003.

Petualang pria kelahiran 1943 tersebut, Tidak hanya sampai di situ, setelah Ia memasuki masa pensiunnya, profesinya sebagai guru agama sampai sekarang terus di jalanninya.

Namun ia bukan lagi menjadi pimpinan pada sekolah dasar maupun menjadi guru pada sekolah PGA, melainkan ia mengabdikan dirinya pada Madrasah Diniyah Awaliah ( MDA ), di kenagarian kolok.

Sejarah MDA kolok

MDA ini pada dasarnya, merupakan rentetan dan lanjutan pendidikan agama di nagari kolok, yang dimulai semenjak zaman penjajahan, hidup dan mati pendidikan agama di kala itu juga di rasakannya.

Berkat kegigiahan para pemuka agama, pada tahun 1964 didirikanlah kembali sekolah Madrasah, sesuai dengan pembaharuan pendidikan agama dikala itu, maka atas anjuran Kepala Inspeksi Pendidikan Agama Kabupaten Sijunjung, madrasahpun bertukar nama manjadi Pendidikan Guru Agama, swasta 4 tahun.

Mendapat dorongan dan sambutan masyarakat yang sangat baik, PGA Swasta, berubah status, dari  swasta menjadi Negeri. Hanya dalam waktu empat tahun, pada 8 Juli 1968 PGA swasta telah berubah menjadi PGA Negeri.

Pesatnya pendidikan di PGAN 4 Tahun, serta membludaknya murid yang datang dari berbagai daerah memberikan nilai tersendiri bagi sekolah pencetak guru agama itu. Memasuki 1970 PGAN 4 Tahun kembali ditingkatkan menjadi PGAN 6 tahun. tentulah hal ini semakin memberikan daya tarik bagi masyarakat daerah tetangga. Mulai dari Solok dengan Sulit Air, Paninjauan, Tanjung Balit serta X Koto Diatas, serta Kabupaten Tanah Datar dengan Padang Ganting, Saruaso, Tanjung Emas. Namun masa kejayaan itu harus berakhir pada tahun 1978.

Meskipun PGA sudah tidak ada lagi, namun semanggat para pemuka agama di kenagarian kolok, masih tetap bergejolak, hal ini di tandai dengan semakin meningkatnya jumlah siswa dan siswi untuk menuntut ilmu agama pada Madrasah Diniyah Awaliayah ( MDA ), terang UK.

Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA ), merupakan pendidikan informal yang berfokus kepada dasar pendidikan agama kepada anak usia dini, dengan melakukan pembelejaran pada sore hari, yang mana seluruh materi pembelajarannya menyangkut ilmu agama, yaitu, Bahasa Arab, fiqih, Aqidah Akhlak, Alquran Hadist, SKI, serta khot.

Dalam pembelajaran, sekolah tersebut tidaklah mengejar target pokok pembahasan, melainkan dengan cara penguasaan materi.

“semenjak ia mulai mengajar dari PGA sampai sekarang, sekolah tersebut belumlah banyak mengalami perubahan”, jika dilihat dari minat masyarakat serta para siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat antusias. Ungkapnya.

Dengan mengunakan gedung serta mobiler bekas, sekolah tersebut tetap berkobar di Kenagarian Kolok, bahkan instalasi listrikpun belumlah terpasang sampai sekarang. Hal ini tentunya karena minimnya keuangan pada sekolah tersebut.

MDA ini bisa hidup dan bertahan, karena adanya semanggat dari para tokoh agama serta donator, yang menyumbangkan jasa serta materi, namun dari pada itu ia juga berharap kepada pemerintahan kota serta kementerian agama Kota Sawahlunto, untuk bersama – sama membantu mewujudkan agar sekolah ini terus berkembang, shingga akan bisa terujudnya generasi muda yang madani.

Lebih lanjut UK menjelaskan, adapun jumlah siswa yang mengikuti pendidikan saat sekarang ini berjumlah 96 orang, yang 80% di dominasi oleh siswa dari Kolok Mudik.

Lelaki yang paroh baya itu, juga mengakatan, menjadi seorang guru merupakan pekerjaan yang mulia, karena tugas utama dari guru adalah untuk membentuk karakter siswa, serta memberikan sumbangan ilmu kepada masyarakat, jelasnya.

Ia juga sering meningatkan kepada teman se profesinya itu, “ sebelum mengajar yang paling utama adalah diamkan seluruh siswa, barulah proses belajar mengajar dimulai”, katanya.






Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Ambition Has No Rest - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger